Thursday 19 August 2010

dharmawacana Siwaratri

Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa karena berkat asung kerta warawnugraha beliau kita semua dapat berkumpul bersama untuk merayakan hari raya Sivaratri. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada guru-guru dan teman-teman atas kesempatannya saya diberikan kesempatan untuk berbicara sedikit mengenai hari Sivaratri. Tapi sebelum saya mulai bercerita ijinkan saya untuk mengaturkan pangajali umat Om Swastiastu.

Baik saya akan memulainya dengan makna kata Sivaratri, kata ratri berarti malam karena itu Sivaratri berarti malam Siva. Kalau ditinjau dari asal katanya, Siva berarti baik hati, suka memaafkan, memberi harapan dan membahagiakan. Dalam hal ini dimaksudkan sebagai gelar kehormatan Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai pelebur segala yang patut dilebur untuk mencapai kesucian atau kesadaran diri. Dengan demikian Sivaratri adalah malam untuk melebur kegelapan hati menuju jalan yang terang. Ada sebuah cerita yang berkaitan dengan hari Sivaratri, cerita tersebut terdapat pada Kakawin Sivaratri Kalpa yang dikarang oleh Epu Tanakung. Mengenai cerita tersebut saya rasa semuanya pasti sudah tau bagaimana cerita tersebut jadi saya tidak akan menceritakanya kembali,tapi saya akan membahas mengenai beberapa filosofi yang ada pada cerita tersebut.
1 Makna kata Lubdhaka: kata Lubdaka dalam bahasa sansekerta berarti pemburu. Bukankah semua orang dikatakan pemburu? Ada yang berburu dharma ada yang berburu artha, dan ada pula yang berburu kama. Secara umum pemburu dikataka sebagai orang selalu mengejar buruan, yaitu binatang(sattwa). Kata sattwa berasal dari kata sat yang artinya inti yang mulia atau hakekat, sedangkan twa berarti sifat. Sattwa berarti sifat inti atu hakekat, Dengan demikian nama Lubdhaka melukiskan orang yang selalu mengejar atau mencari inti hakekat yang mulia.
2 Makna binatang buruan: binatang yang diburu Lubdhaka,meliputi gajah, badak, dan babi hutan. Gajah dalam bahasa sansekerta berarti asti, yang mengandung makna astiti bhakti. Badak atau warak mengandung makna tujuan sedangkan babi atau waraha mengandung makna wara nugraha. Dengan demikian ketiga binatang buruan tersebut mengandung makna bahwa si Lubdhaka dengan pikirannya yang dijiwai oleh budhi sattwam senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang didasari astiti bhakti dengan tujuan untuk mendapatkan waranugraha dari Sang Hyang Siva.
3 Makna takut jatuh dan memetik daun bila: secara filosofis takut jatuh diartikan takut mengalami renkarnasi. Menurut konsepsi reinkarnasi, kehidupan terjadi dari kejatuhan sorgacyuta atau dari nerakacyuta. Kedua model kejatuhan ini akan menentukan kwalitas hidup manusia yang terlahir. Atas dasar itu, neraka atau sorga bukanlah tujuan akhir dari atma. Tapi yang menjadi tujuann adalah moksa. Daun bila yang dilempaarkan oleh si Lubdhaka mempunyai makna tujuan. Dengan memetik dan melemparkan dau bila sebanyak 108 lembar mengandung makna bahwa kegiatan introspeksi dilakukan telah mencapai puncak, yaitu bersatu dengan Nya yang dilambangkan dengan daun bila terjatuh mengenai Siva Lingga.
4 Makna perang Yamabala dan Ganabala: secara filosofis badan manusia dipandang sebagai medan pertempuran. Badan adalah tempat perjuangan antara sifat keraksasaan yang dilambangkan dengan Kingkarabala dengan kedewataan yang dilambangkan dengan Ganabala. Kesadarn diri akan diperoleh jika kita bisa memenangkan sifat-sifat kedewataan. Keadaan ini akan menjadikan badan sebagai Sivalingga dia akan berubah dari Manawa menjadi madhawa dan tidak terjerumus menjadi danawa.setelah pasukan Gana memenangkan pertempuran, roh si Lubdhaka usung oleh para widyadara-widyadari menuju alam sorga. Kata widya berasal dari kata wid yang berarti berpengetahuan. Dengan demikian yang menyelamatkan roh si Lubdhaka sebenarnya adalah ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Demikianlah sedikit cerita yang saya dapat sampaikan. Saya mohon maaf jika ada kata-kata saya yang salah. Baik saya akhiri dengan paramasanthi Om santhi santhi santhi Om.

No comments:

Post a Comment