Thursday 19 August 2010

analisis cerpen

analisis cerpen

1. Judul cerpen : Arisan.

2. Pengarang : Ahmadun Y. Herfanda

3. Sinopsis cerpen :Arisan Ahmadun Y. Herfanda

Warga pemukiman baru di selatan Kota Jakarta, Blue Garden, sepakat untuk memulai tradisi aneh : arisan tuyul. Ini gara-gara semua warga pemukiman itu memelihara tuyul sehingga makhluk-makhluk kecil gundul tersebut tak punya ruang gerak lagi untuk melakukan aksinya. Padahal mereka sudah terlanjur memberikan hadiah istimewa kepada juragan tuyul yang bermukim di sebuah tua di bawah pohon munggur di selatan kampung mereka.
Ada satu keanehan yang selalu membuat pusing para warga Blue Garden, yakni keinginan dan kelakuan para tuyul tersebut selalu sama persis. Ketika si tuyul si Buang bermaksud menggasak uang Badrun misalnya, maka pada saat yang sama tuyul-tuyul yang lain pun ingin menggasak uang Badrun. Karena si Badrun punya tuyul maka pada saat yang sama semua tuyul pun datang ke rumah Badrun untuk berebut mennyikat uang itu.
Kalau sudah begitu, perkelahian antar tuyul tak bisa dihindari lagi. Mereka akan langsung saling tonjok,saling tinju,saling tendang,saling cekik,dan saling tindih. Dan sesuai dengan kehendak sang mitos, para pemilik tuyul itu pun menyusul datang untuk ikut berkelahi ramai-ramai sampai babak belur. Mereka baru berhenti berkelahi setelah kehabisan tenaga. Tak jarang mereka lantas masuk rumah sakit bersama.
Perkelahian masal yang aneh itu terjadi hampir tiap hari, tiap ada tuyul yang berinisiatif untuk mencuri. Bahkan pada suatu hari, saking serunya perkelahian masal,pakaian mereka sampai robek-robek total,sehingga mereka menjadi telanjang bulat dan menjadi tontonan anak-anak kecil.
”kalau begitu kita bisa mampus gara-gara tuyul.” kata Buang,yang kebetulan menjabat sebagai ketua RW, sambil mengusap-usap dahinya yang benjol dan berdarah.
”kita harus cari jalan keluarnya,Pak.” sahut Badrun ”bapak sebagai ketua RW harus ikut bertanggung jawab.”
”bertanggung jawab bagaimana?’kan kemauan kalian sendiri untuk ikut-ikutn memelihara tuyu.Sekarang begini akibatnya.”
”tapi kan Pak RW yang menjadi pelopor pemelihara tuyul.”
”ya jelas kami harus ikut, Pak. Kalau bapak sendiri yang memelihara tuyul, apa bapak mau menggilir uang kami semua digasak? Tidak adil dong.”
”sudahlah. Kita jangan berdebat lagi. Yang penting kita cari jalan keluarnya.”
”bagaimana kalau tuyul-tuyul itu kita larang mencuri dikampung kita ? mereka kita tugaskan mencuri di luar dikampung saja. Di bank, misalnya.”
”itu gagasan yang baik. Tapi apa mereka mau?”
”saya kira mau saja. Asal gaji mereka kita tambah dengan uang transport dan uang saku.ini lebih baik daripada kita kehilangan sumber penghasilan sama sekali.”
”hai para tuyul!” teriak Pak RW. Paratuyul itu pun segera berkumpul. ” mulai hari ini kami melarang kalian untuk beroperasi di kampung ini. Kalian harus mencari sasaran di luar kampung. Soal uang transprot jangan khawatir. Juga kami sediakan uang saku. Apa kalian siap?”
Syahdan dimulailah operasi para tuyul di luar Blue Garden. Tuyul Pak RW mengincar uang di Bank Plecit,di dekat pasar kota. Ia sudah membayangkan tuyulnya bakal membawa pulang uang puluhan juta sekaligus. Tapi dasar otak para tuyul itu sudah terlanjur seraga, tuyul-tuyul yang lain pun mengincar uang di bank yang sama. Pada jam,menit, dan detik yang sama mereka pun tepat sampai di pintu bank. Mereka berebutan masuk lantas berkelahi habis-habisan di halaman bank.
Sesuai kehendak sang Mitos, para pemilik tuyul itu pun lantas menyusul bersama-sama dan pada detik yang sama mereka sampai di halaman bank. Kemudian tanpa ba bi bu, mereka langsung saling tempeleng, saling jambak, saling pithing, dan tindih. Halaman bank menjadi arena perkelahian massal yang benar-benar seru. Tuyul lawan tuyul, orang lawan orang, laki-laki perempuan, tak jelas mana lawan mana kawan. Orang-orang sepasar berbondong-bondong menyaksikan perang Baratayudha itu. Jalan besar di depan bank menjadi macet total. Perkelahian baru berhenti ketika mereka baru menyadari pakaian mereka sudah tidak karuan lagi.
”ini lebih memalukan!” teriak Pak RW sampai di kompleks Blue Garden.
”siapa salah? Tuyul pada edan di suruh operasi di luar kampung!” sahut yang lain.
“kita laporkan saja kepada mbah dukun.”
”kita minta agar mereka diadili.”
”Kita minta mereka agar disetrap saja.”
”kita usulkan saja agar kpredikatan ketuyulan mereka dicopot!”
Mereka langsung mengadu keoada Mbah Sarmi,dukun penyalur tuyul,yang bermukin di dalam gua, di bawah pohon munggu, di bagian selatan pemukiman itu.
”salah kalian juga,” kata Mbah Sarmio begitu mendapat pengaduan warga Blue Garden.
”masak, sekampung minta diberi tuyul semua. Mana bisa tuyul-tuyul itu bekerja dengan baik.”
Orang-orang itu hanya terdiam bersila di depan gua.
“kalian ini aneh.ingin tambah kaya tapi malas bekerja.”
“lantas sekarang sebaiknya bagaimana,Mbah.”
“ya, arisan tuyul. Semingu sekali tuyul-tuyul itu biar mencuri di rumah masing-masing saja. Agar adil, tiap orang harus menyedikan uang lima puluh ribu tiap minggunya untuk dicuri tuyul. Uang itu biar dikumpulkan di gua saja. Tiap menerima uang arisan itu. Nah, sekarang kalian pulang saja. Jumat sore besok kita mulai.”
”wah sama saja tak pelihara tuyul,” gumam orang-orang.
”daripada berkelahi setiap hari.”
Tibalah hari yang ditunggu-tunggu.jumat sore, hari putaran pertama arisan tuyul. Sejak pukul empat sore semua warga telah berkumpul di rumah Pak RW dengan gelisah mereka menunggu kedatangan mbah dukun bersama tuyulnya,tentu dengan bungkusan uang dengan jumlah yang besar. Masing-masing berdoa untuk,mengharapkan rezeki pada putaran pertama jatuh ke tangannya. Setelah ditunggu dua jam lebih, orang tua penghuni gua itu baru muncul bersama tuyul dan bungkusannya.
”kenapa terlambat, Mbah?” tanya orang-orang.
”ini gara-gara kalian juga. Kalian tidak menyediakan uang lima puluh ribu untuk dicuri tuyul, bukan?”
”kalau kami harus menyediakan uang apa bedanya dengan arisan ibu-ibu PKK, Mbah.”
”itu masalahnya, padahal uang itu wajib demi kelancaran arisan. Tuyul saya terpaksa mencari uang pengganti.makanya terlambat.”
”tapi uang ada toh,Mbah.”
”lihat saja nanti!”
Arisan pun dimulai. Nama tiap-tiap kepala keluarga peserta arisan ditulis pada sobekan kertas HVS, lantas dilinting kecil dan dimasukan ke kaleng. Setelah dikocok, Mbah Sarmio mengambil satu lintingan dan membukanya.
”kali ini yang beruntng mendapat rezeki saudara Buang. Selamat atas rezeki nomplok ini.Harap jangan dibuka di sini.bukalah dikamar saja,” kata mbah dukun. ”sekarang saya mau pulang dulu.”
Mbah Sarmio, dukun tuyul itu pun meninggalkan arisan bersama tuyulnya. Buang tidak sabar menunggu. Begitu mbah dukun sudah jauh, ia langsung membuka bungkusan besar dari orang tua itu, ia sangat kaget. Isinya ternyata hanya tumpukan daun nangka.

4. Unsur-unsur intrinsik :
a. Tema : ingin menjadi kaya dengan memelihara tuyul.
b. Alur : alur maju.
c. Tokoh : Badrun, Buang, Mbah Sarmio, warga Blue Garden, para tuyul.
d. Penokohan :
1 Badrun : bersikap ikut-ikutan memelihara tuyul.
2 Buang : pemarah,bersikap tidak sabar.
3 Mbah Sarmio : memberi solusi kepada warga.
4 Warga Blue Garden : ingin tambah kaya tapi malas bekerja.
5 Para tuyul : suka mencuri uang, berkelahi, dan mempunyai pikiran yang sama.
e. Amanat : agar semua orang tidak malas bekerja jika ingin mendapat hasil yang maksimal dan tidak lupa berdoa kepada Tuhan YME bukannya mengharapkan bantuan dari makhluk gaib seperti tuyul.
f. Konflik : konflik fisik yang dirasakan warga karena ikut berkelahi karena para tuyul mereka saling berkelahi.
g. Seting : di selatan Kota Jakarta,kompleks Blue Garden,di sebuah gua tua,di bawah pohon munggur, di selatan kampung,rumah Badrun,rumah sakit,di Bank Plecit, di dekat pasar kota, di halaman bank,jalan besar di depan bank, jumat sore.
h. Sudut pandang : sudut pandang orang ketiga.

5. Unsur-unsur ekstrinsik :
Nilai budaya : masyarakat masih mempercayai hal-hal gaib misalnya tuyul.
Nilai sosial : masyarakat malas bekerja untuk menjadi kaya dan malah menggunakan jalan yang tidak benar untuk mencapai hal tersebut.
Nilai religi : masyarakat kurang taqwa kepada Tuhan,malah lebih mempercayai hal-hal yang berbau mistik.

6. Hal yang menarik / mengesankan :
1 Warga Blue Garden memelihara tuyul agar mereka menjadi kaya bukanya dengan jalan bekerja keras.
2 Para warga berkelehi setiap kali tuyul-tuyul mereka berkelahi karena berebutan untuk menggasak uang.
3 Para warga kesal karena tuyul-tuyul mereka tidak bekerja dengan baik sehingga mereka sempat mengusulkan agar predikat ketuyulan mereka dicopot.

7. Sumber :
Lukisan matahari, 19 cerpen pilihan bernas, F.X. Mantoro Suryo Putro dkk. (editor)

No comments:

Post a Comment